“Al-tarîqah
ahammu min al-mâddah, al-mudarris ahammu min al-tarîqah,
wa rûh al-mudarris
ahammu min al-mudarris”.
Artinya:metode itu lebih penting daripada
materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting
daripada guru itu sendiri.
Sebuah
lembaga pendidikan tidak dapat dijamin akan berhasil hanya karena
program-programnya telah dirancang secara baik. Diperlukan metode yang benar
dan tepat, agar penyelenggaraan kegiatan pendidikan ini berlangsung dan
berhasil daya secara maksimal. Berikut ini beberapa metode pendidikan di Pondok
Darul Qurro:
a. Keteladanan
Keteladanan
(uswah hasanah) merupakan metode pendidikan
yang efektif dan efisien. Hal ini dibuktikan oleh keberhasilan praktik
pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Disebutkan dalam firman
Allah:
لقد
كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله و اليوم الآخر و ذكر الله كثيرا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. al-Ahzâb:
21)
Dalam
waktu yang singkat, Nabi SAW telah berhasil membawa bangsa Arab keluar dari
kebobrokan sistem dan tatanan kehidupan era jahiliyah dan kegelapan menuju
sistem dan tatanan kehidupan yang unggul dan bermartabat di bawah sinaran
cahaya tauhid.
Penanaman
nilai-nilai keikhlasan, perjuangan, pengorbanan, kesungguhan, kesederhanaan,
tanggung jawab, dan lainnya akan lebih mudah dan tepat sasaran dengan pemberian
keteladanan. Penanaman nilai-nilai semacam di atas tidak bisa hanya dilakukan
melalui pengarahan, pengajaran, diskusi, dan sejenisnya, karena hal tersebut
lebih menyangkut masalah perilaku, bukan semata-mata masalah keilmuan.
Keteladanan
juga diwujudkan melalui produktifitas dalam berkarya. Seorang pemimpin
dan semua pendidik harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Di samping itu,
pondok sebagai lembaga juga harus menjadi teladan dalam hal produktifitas. Di Darul
Qurro, bagian terakhir ini ditunjukkan melalui aktifitas pembinaan masyarakat,
baik pengajian rutin maupun tabligh akbar; pendirian Pondok; pembukaan
usaha-usaha ekonomi dalam berbagai bidang; perluasan jaringan kerja dengan
berbagai pihak; dan seterusnya.
b. Penciptaan
lingkungan(conditioning)
Lingkungan
memainkan peran penting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan pesantren
dengan sistem asramanya dengan tepat dapat disebut sebagai adanya suatu
kesadaran mengenai betapa pentingnya peran lingkungan dalam proses pendidikan.
Dengan berada dalam lingkungan yang sama antara guru dan murid, lebih
dimungkinkan terjadinya interaksi dan proses pendidikan dan pembelajaran yang
berlangsung terus menerus. Santri bukan hanya dapat belajar secara langsung
kepada gurunya mengenai persoalan-persoalan keilmuan, tetapi juga belajar
mengenai persoalan-persoalan kehidupan. Kyai dan guru dalam lingkungan
pesantren itu merupakan figur-figur yang menjadi sumber keteladanan bagi para
santri dalam semua dimensi kehidupan.
Terlebih
lagi dalam sistem pendidikan pesantren modern, lingkungan dirancang secara
sistematis untuk menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan.
Santri diwajibkan tinggal di kampus dengan menempati asrama-asrama yang telah
ditentukan. Kehidupan mereka selama 24 jam diatur dan diprogram dengan
kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif untuk pencapaian tujuan
pendidikan secara lebih optimal. Dalam kehidupan di asrama para santri memperoleh
pendidikan kemasyarakatan.
Pendidikan nilai-nilai kebersamaan,
tolong-menolong, pengorbanan, tanggungjawab, kejujuran, dan nilai-nilai sosial
lainnya diselenggarakan dalam kehidupan berasrama. Latihan berorganisasi dan
kepemimpinan juga diperoleh santri dalam kehidupan berasrama. Penempatan santri
di asrama tidak didasarkan pada asal daerah, kelas, prestasi akademik, maupun
status sosial.
Penempatan itupun tidak bersifat
permanent; setiap satu semester selalu diadakan perpindahan antar kamar, sedangkan
perpindahan antar asrama dilakukan setahun sekali. Di asrama para santri
latihan berinteraksi sosial dengan santri lain dari latar belakang yang
berbeda-beda; daerah, suku, bangsa, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan santri di asrama dan seluruh kegiatan santri yang lain
dijadwal secara ketat dan dilaksanakan dengan disiplin yang tinggi.
Sebuah lembaga pendidikan tidak
dapat dijamin akan berhasil hanya karena program-programnya telah dirancang
secara baik. Diperlukan metode yang benar dan tepat, agar penyelenggaraan
kegiatan pendidikan ini berlangsung dan berhasil daya secara maksimal. Berikut
ini beberapa metode pendidikan di Pondok Darul Qurro:
c. Pengarahan
Pengarahan merupakan metode yang
penting dalam pendidikan. Sebelum menjalankan suatu program ataupun tugas,
seseorang harus mengerti lebih dulu apa sebenarnya tugas yang sedang dikerjakan
itu, apa tujuan dari program dan tugas yang telah dicanangkan tersebut, serta
bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan program-program diawali
dengan kegiatan pengarahan Pengarahan-pengarahan itu sebenarnya lebih
ditekankan pada sisi nilai dan filosofinya, yaitu nilai-nilai dan filosofi
pendidikan yang terkandung di dalamnya. Dengan memahami apa pekerjaan yang
dilakukan, mengapa ia melakukan, dan juga mengetahui bagaimana suatu pekerjaan
itu dilaksanakan, seseorang akan lebih berpeluang memperoleh hasil maksimal
dari pekerjaan-perkerjaan itu.
d. Penugasan
Semua lembaga, organisasi, dan unit di
Darul Qurro dijalankan oleh para guru dan santri sendiri. Tugas seorang guru di
Darul Qurro tidak hanya mengajar dan membimbing santri, mereka juga diberi
tugas untuk mengelola lembaga-lembaga yang ada di Pondok yang tidak selalu
lembaga akademik.
Demikian pula para santri, mereka
diberi tugas-tugas bervariasi mulai memimpin organisasi, mengurus
kesekretariatan dan administrasi, menangani koperasi, sampai membersihkan kamar
mandi dan toilet, menyapu asrama, mengangkut sampah ke tempat pembuangan, dan
lain-lain. Semua itu sudah menjadi pemandangan yang lumrah di Darul Qurro.
Tetapi lebih dari itu, di balik
pemandangan itu terdapat kandungan nilai-nilai pendidikan yang hendak ditanamkan
oleh Pondok kepada para santri. Pendidikan kepemimpinan, kemasyarakatan,
kewirausahaan, dan berbagai ketrampilan dapat dicapai secara lebih efektif dan
efisien melalui penugasan, praktek, atau magang semacam itu. Pengerjaan
tugas-tugas itu sangat bermanfaat bagi santri yang mengalaminya.
Santri juga dipahamkan bahwa
tugas-tugas yang mereka kerjakan itu manfaatnya kembali kepada mereka sendiri.
Kepada mereka ditanamkan bahwa semua yang mereka perbuat itu adalah untuk
kebaikan mereka sendiri; kalau mereka berbuat baik, maka sesungguhnya mereka
telah berbuat untuk diri mereka sendiri; kalau mereka bersyukur, berarti mereka
telah bersyukur untuk diri mereka sendiri; dan bahwa sebesar-besar keinsafan
seorang santri dalam menjalankan suatu tugas, maka sebesar itu pula keuntungan
yang akan diperolehnya.
e. Pengajaran
Metode pengajaran yang umum digunakan
di pesantren adalah metode sorogan dan wetonan atau bandongan. Metode-metode
ini memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, terbukti telah banyak tokoh agama
dan ulama yang dilahirkan dengan menggunakan metode ini. Tetapi, ditinjau dari
sisi efektifitas dan efisiensi, tampaknya metode ini kurang dapat memenuhi
kriteria tersebut. Karena itu, perlu metode belajar yang lain yang lebih
memungkinkan seorang santri atau peserta didik bisa belajar dengan lebih
efektif dan efisien.
Di Darul Qurro pengajaran dilakukan
dengan menghadirkan sistem klasikal dan penjenjangan dalam proses belajar
mengajar. Santri dengan tingkat kemampuan yang sama dikelompokkan kelas-kelas
dalam jumlah tertentu yang dibatasi. Pengajaran yang berlangsung dalam satu
kelompok terbatas, dengan tingkat kemampuan yang merata, ini memudahkan bagi
seorang guru untuk mengetahui kadar penguasaan santri terhadap pelajaran yang
telah diberikan.
Seorang guru dapat mengevaluasi
pemahaman santri terhadap pelajaran yang telah diberikan pada setiap awal
pelajaran, dan mengevaluasi pemahaman mereka terhadap pelajaran yang sedang
disampaikan pada ketika menerangkan maupun menjelang usainya pelajaran. Metode
pengajaran yang diterapkan di Darul Qurro tidaklah sama untuk setiap mata
pelajaran. Metode itu disesuaikan dengan mata pelajaran yang cocok. Mata
pelajaran tertentu menghendaki metode yang berbeda dari mata pelajaran lainnya.
Metode-metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain metode
ceramah, dialog atau tanya-jawab, latihan, diskusi, demonstrasi, dan metode
penugasan. Hapalan juga digunakan untuk mata pelajaran tertentu yang memang
menghendakinya.
f. Pembiasaan
Seluruh penghuni pondok
dibiasakan dapat mengikuti kegiatan-kegiatan pondok dengan disiplin yang
tinggi, penetapan disiplin tidak hanya untuk santri tapi juga untuk guru-guru,
kader, anshar dan keluarga. Sehingga seluruhnya dibiasakan dengan kebiasaan
yang tinggi dengan pengarahan baik dari kyai, guru dan lain sebagainya. Santri
dibiasakan untuk melaksanakan disiplin dan kegiatan-kegiatan dari yang ringan
ke yang berat, dari yang mudah ke yang susah, dari sederhana ke yang lebih
rumit, dan begitu seterusnya. Dalam kasus tertentu terkadang juga perlu dipaksa
untuk menjadikan biasa.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.